Seperti sebuah cinta yang sedang kita jalani. Antara aku dan kamu, yang berbeda dari berbagai sisi. Perbedaan demi perbedaan tidak teratasi, bukan hanya dari dalam tapi juga dari luar diri, semuanya bergumul menjadi emosi.
Ada yang aneh dari hubungan ini. Aku dan kamu tahu ini hanya sementara, ini akan berakhir. Akan tetapi, kita tetap memaksakan keadaan. Kita jalani ini seada-adanya.
Aku sudah tahu apa akhir dari hubungan ini, begitu pun kamu. Tapi kita berdua seakan membuat semuanya terasa begitu indah.
Waktu itu -waktu yang tidak kita tunggu tapi tetap akan datang itu- selalu menghantui. Aku hanya ingin menghabiskan detik demi detik sebuah penantian menuju perpisahan, dengan membuatmu tertawa bahagia. Namun semakin aku melihat gelak tawa itu, semakin ditancap hati ini rasanya dengan sebilah sembilu. Aku semakin menyayangimu, setiap harinya.
Semakin aku menunggu waktu itu, semakin sakit hati ini aku siapkan. Mempersiapkan singgasana bagi nyeri yang kelak tak kunjung usai. Kepedihan yang akan berlangsung selamanya. Seumur hidup ini.
Dan ketika aku membekap luka ini sambil menahan perih, luka yang akan terus menganga sejadi-jadinya, luka yang terus membekas. Semoga kamu menemukan dia yang mendapat restu,… yang satu Tuhan.
Semoga dia dapat mengerti segala kekurangan dan berbagai kesukaan mu, semoga dia tetap bisa membuat kamu tertawa bahagia, semoga dia lebih cantik dan lebih baik dari aku, semoga dia adalah orang yang tepat yang meneruskan tugasku untuk membahagiakan mu.
Aku ingin… aku ingin sekali terus berbahagia dengan mu, aku ingin selalu menjadi alasan kau tersenyum, aku ingin selalu menjadi inspirasi dan wanita yang pertama ada saat kau membuka mata dan saat kau ingin tertidur lelap. Aku ingin… ingin sekali tetapi aku tak tahu bagaimana caranya…
Kamu… kamu terlalu berharga untuk aku lepaskan,
Kamu… aku terlalu bodoh jika membuat kesalahan yang membuat kau pergi.
Jo… Jika kelak ada pagi yang dapat membuatmu bahagia setelah aku, ingatlah perpisahan kita yang mengantarkan mu kesana.
Teruntuk kamu yang selalu melipat tangan untuk Tuhan, Jonathan Bestwan.Aku sadari mungkin ini suratan takdirku
Kau dan aku tak mungkin bersatu
Walau hati trus menangis
Tak ku sesali semua kisah yang telah terjadi
Ku biarkan waktu menemani
Hati yang dirundung sepi
Maafkan kejujuran ku walau menyakitkan
Dan mungkin takkan bisa
Ku lupakan hingga akhir nanti
Ku rela berkorban
Tak mengapa namun kau harus bahagia
Tak ku sesali semua kisah yang telah terjadi
Ku biarkan waktu menemani
Hati yang dirundung sepi
Tak kan bisa ku lupakan
Hingga akhir nanti
Ku rela berkorban
Tak mengapa namun kau harus bahagia
Tak mengapa namun kau harus bahagia
No comments:
Post a Comment